Selasa, 08 Januari 2013

Sering Dipukul Bikin Anak Jadi Agresif

Sering Dipukul Bikin Anak Jadi Agresif
Penulis : Felicitas Harmandini | Selasa, 8 Januari 2013 | 11:25 WIB
Dibaca: 5602
|
Share:
Hampir 90 persen orangtua menganggap bahwa memukul ringan bokong anak masih diperbolehkan.
Artikel Terkait:
  • Membentak Anak, Tindakan yang Sia-Sia
  • Bantu Anak Mengatasi Rasa Takut
  • 10 Hal yang Dibutuhkan Anak dari Orangtua
  • Saudara yang Akur Tumbuh Jadi Anak Sukses
  • Efek Jika Anak Sering Dipukul
KOMPAS.com - Memang kesal jika mendapati anak menangis tanpa henti, namun pikir-pikir dulu jika Anda tak tahan untuk tidak memukulnya. Karena pemukulan itu tidak saja kontraproduktif (anak mungkin menangis makin kencang dan masalahnya tidak selesai), tapi juga menjadikannya anak yang agresif dan depresif kelak, demikian hasil penelitian Andrea Gromoske dan Kathryn Maguire-Jack yang diterbitkan di Journal of Family and Marriage tahun 2012.

Penelitian tersebut mengamati pengaruh buruk memukul anak usia di bawah 1 tahun, melalui sampel yang melibatkan 3.870 keluarga di seluruh negeri. Bayi yang sering dipukul cenderung akan menjadi anak yang agresif (suka memukul, berteriak, dan tantrum) pada usia 3 tahun, dan mengalami depresi dan kegelisahan pada usia 5 tahun.

"Tujuan dari studi kami adalah menyelidiki apakah memukul anak pada usia 1 tahun akan berkaitan dengan perilaku agresif, dan apakah perilaku agresif yang lebih besar akan berhubungan dengan perilaku depresif yang lebih besar pula," ungkap Gromoske. "Riset sebelumnya mengindikasikan bahwa memukul berkaitan dengan segala tipe perilaku anak, tetapi tidak seorang pun pernah menyelidiki bagaimana semua hal tersebut saling berkaitan."

Berbagai laporan pernah menunjukkan bahwa hampir 90 persen orangtua menganggap bahwa memukul ringan bokong anak masih diperbolehkan. Kemudian sebuah survei tahun 2010, menurut Child Trends Data Bank, mendapati bahwa 75 persen perempuan (dan 64 persen pria) sepakat bahwa anak kadang-kadang memang perlu dipukul sedikit keras.
Namun, praktik tersebut dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh American Academy of Pediatrics dan American Psychological Association. Dalam berbagai studi sebelumnya sudah ditemukan hubungan antara pemukulan dan perilaku berlebihan dari anak. Studi dari Tulane University yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics pada 2010 juga menemukan bahwa anak-anak yang sering dipukul pada usia 3 tahun akan menjadi jauh lebih agresif pada usia 5 tahun.

Dalam penelitiannya sekarang, Gromoske dan Maguire-Jack menemukan hubungan yang lebih kompleks antara pemukulan dan gejala-gejala depresif, yaitu agresif pada usia 3 dan depresi pada usia 5. "Tampaknya memukul berhubungan langsung dengan perilaku agresif di masa depan, dan bahwa peningkatan dalam perilaku agresif berkaitan dengan peningkatan dalam perilaku depresif," jelas Gromoske.
Yang pasti, anak berusia di bawah 1 tahun masih terlalu muda untuk diberi hukuman dalam bentuk pemukulan, seringan apa pun. Karena, anak sekecil itu masih belum memahami mengapa mereka dipukul.
Namun, Robert Larzelere, profesor bidang metodologi dan statistik di Oklahoma State University di Stillwater, mendukung penggunaan pukulan sebagai upaya terakhir dalam mendisiplinkan anak. Dalam penelitiannya sendiri, Larzelere mengatakan bahwa memukul anak bisa dijadikan hukuman "cadangan", tetapi sebaiknya diterapkan ketika anak sudah berusia 2 sampai 6 tahun.
"Hal ini bisa diterapkan ketika orangtua mencoba memberi penjelasan (mengenai perilaku anak yang buruk) dan memberikan hukuman timeout," ujar Larzelere, yang meyakini bahwa pukulan yang tidak menyakitkan (tepukan) akan cukup aman dan efektif.



Sumber: Shine
Editor :
Dini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar